Ogoh-ogoh itu sendiri diambil dari sebutan ogah – ogah dari bahasa Bali
yang artinya sesuatu yang digoyang-goyangkan. Pada tahun 1983 merupakan
bagian penting dalam sejarah ogoh-ogoh di Bali, pada tahun itu mulai
dibuat wujud-wujud bhuta kala berkenaan dengan ritual Nyepi di Bali.
Ketika itu ada keputusan presiden yang menyatakan Nyepi sebagai hari
libur nasional. Semenjak itu masyarakat mulai membuat perwujudan
onggokan yang kemudian disebut ogoh-ogoh, di beberapa tempat di Bali. Budaya baru ini semakin menyebar ketika ogoh-ogoh diikutkan
dalam Pesta Kesenian Bali ke XII.
Ogoh-ogoh adalah tradisi yang akan terus ada dari masa ke masa, karena merupakan sebuah seni dan kreativitas tanpa batas oleh anak muda. Mereka yang tergabung dalam Sekeha Teruna Teruni (STT) semakin terdorong membuat ogoh-ogoh untuk ditampilkan dalam pawai kendati harus mengeluarkan banyak uang.
Sumber : https://humassetda.bulelengkab.go.id/artikel/pengertian-ogoh-ogoh-dan-fungsinya-97
Ogoh-ogoh adalah tradisi yang akan terus ada dari masa ke masa, karena merupakan sebuah seni dan kreativitas tanpa batas oleh anak muda. Mereka yang tergabung dalam Sekeha Teruna Teruni (STT) semakin terdorong membuat ogoh-ogoh untuk ditampilkan dalam pawai kendati harus mengeluarkan banyak uang.
Sumber : https://humassetda.bulelengkab.go.id/artikel/pengertian-ogoh-ogoh-dan-fungsinya-97
Swastyastu Ajik
BalasHapusOmswastiastuBaliTV
BalasHapus